Oleh: Elisna Syahruddin*
Pemahaman tentang kanker yang sedikit dan harapan penyembuhan yang terlalu tinggi cendrung menjadi penyebab penderita kanker terutama keluarganya menjadi target pemasaran terapi alternative . Maraknya iklan tentang pengobatan alternative untuk kanker dengan berbagai metode justru sering menjadi penyebab terlambatnya pasien kanker mendapatkan pengobatan yang seharusnya segera diberikan.
Kanker adalah penyakit gen (pembawa informasi intrasel) yang mengalami gangguan sehingga menyebabkan sel ditubuh seseorang tumbuh cepat dan tidak terkendali. Proses dari awal terjadinya kekeliruan gen (alternaration genetic) hingga ditemukan secara medis itu berlangsung lama karena tubuh mempunyai mekanisme untuk menghalangi terjadinya kanker pada tahap awal proses. Hanya pada kondisi tertentu tubuh seseorang gagal menghalanginya dan terbentuklah sel kanker yang kemudian berkembang menjadi kumpulan jaringan padat yang disebut tumor (solid tumor) pada organ tertentu misalnya kanker paru, kanker payudara, kanker serviks, kanker prostat, dll. Tetapi perlu dipahami proses keganasan atau kanker juga terjadi pada pada jaringan tidak padat (non-solid tumor) seperti darah misalnya leukemia, talasemia. dll.
Proses terjadinya kanker yang tidak sama menyebabkan penatalaksanan dan pilihan obat anti-kanker yang akan digunakan juga tidak selalu sama. Hanya perlu diketahui pengobatan standar untuk kanker padat (solid tumor) terdiri dari bedah, kemoterapi, radioterapi, targeted therapy dan sebagian juga menggunakan imunoterapi. Pilihan pengobatan itu tergantung pada jenis sel, stadium penyakit dan keadaan umum penderita pada saat diagnosis ditegakkan. Pengobatan yang diberikan diluar dari standar disebut sebagai PEGOBATAN ALTERNATIVE. Variasi pengobatan alternative itu bermacam-macam antara lain herbal, akupuntur bahkan di beberapa negara pendekatan spiritual seperti do’a menjadi pilihan terapi alternativenya. Jenis pengobatan alternative yang perlu diwaspadai adalah tindakan serupa bedah (mengeluarkan kanker dengan tehnik mengurut atau memindahkan tumor kemedium lain) yang sulit dicerna akal. Kehati-hatian juga perlu untuk penggunaan bahan-bahan yang dikatakan dapat menghilangkan sel kanker dalam bentuk obat: jamu, bubuk, kapsul, pil atau cairan karena hanya sebagian kecil pernah diuji secara ilmiah manfaat dan terlebih efek samping yang dapat ditimbulkannya. Hampir semua obat-obat alternative itu terbukti hanya sebagai pengobatan pendamping dan tidak bekerja sebagai pembunuh sel kanker. Kalau cermat membaca brosurnya akan tertulis sebagai suplemen dan bekerja untuk semua jenis kanker. Artinya obat alternative hanya bermanfaat bila disertai dengan pilihan pengobatan standar (yang berbeda untk masing masing jenis kanker) harus dilakukan. Pilihan yang paling banyak di Indonesia justru pemanfaatan bahan yang tidak atau belum di proses seperti buah merah, buah mengkudu, kulit buah manggis, daun buah sirsak, dll. Pilihan peggunaan pengobatan alternative tampa pegobatan standar sebagai pilihan utama hanya menyebabkan ketelambatan dan perburukan.
Apakah pengobatan alternative hanya marak di Indonesia, jawabannya TIDAK. Lebih dari 50% biaya pengobatan di negara maju seperti Amerika dan Eropa dihabiskan untuk pengobatan alternative. Perbedaanya adalah mereka biasanya mengkombinasikan pengobatan standar dan alternative dengan sepengetahuan dokter yang merawat. Tambahan pngobatan meski diharapkan meningkatkan hasil untuk penyembuhan tetapi tentu juga meningkatkan risiko terjadi efek samping. Kerjasama dan komunikasi dokter-pasien yang baik akan memberikan kebaikan untuk penderita dan pencegahan pengeluaran biaya yang tidak perlu karena harga untuk pengobatan alternative itu MAHAL. Dokter biasanya akan membolehkan pengobatan alternative yang bukan berbentuk obat untuk penamping terutama jika pasien diberikan kemoterapi mencegah efek samping yang berat dan menyebabkan proses pemberian kemoterapi tidak optimal.
*Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Pengurus Pusat Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) dan staf Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi-FKUI
Pemahaman tentang kanker yang sedikit dan harapan penyembuhan yang terlalu tinggi cendrung menjadi penyebab penderita kanker terutama keluarganya menjadi target pemasaran terapi alternative . Maraknya iklan tentang pengobatan alternative untuk kanker dengan berbagai metode justru sering menjadi penyebab terlambatnya pasien kanker mendapatkan pengobatan yang seharusnya segera diberikan.
Kanker adalah penyakit gen (pembawa informasi intrasel) yang mengalami gangguan sehingga menyebabkan sel ditubuh seseorang tumbuh cepat dan tidak terkendali. Proses dari awal terjadinya kekeliruan gen (alternaration genetic) hingga ditemukan secara medis itu berlangsung lama karena tubuh mempunyai mekanisme untuk menghalangi terjadinya kanker pada tahap awal proses. Hanya pada kondisi tertentu tubuh seseorang gagal menghalanginya dan terbentuklah sel kanker yang kemudian berkembang menjadi kumpulan jaringan padat yang disebut tumor (solid tumor) pada organ tertentu misalnya kanker paru, kanker payudara, kanker serviks, kanker prostat, dll. Tetapi perlu dipahami proses keganasan atau kanker juga terjadi pada pada jaringan tidak padat (non-solid tumor) seperti darah misalnya leukemia, talasemia. dll.
Proses terjadinya kanker yang tidak sama menyebabkan penatalaksanan dan pilihan obat anti-kanker yang akan digunakan juga tidak selalu sama. Hanya perlu diketahui pengobatan standar untuk kanker padat (solid tumor) terdiri dari bedah, kemoterapi, radioterapi, targeted therapy dan sebagian juga menggunakan imunoterapi. Pilihan pengobatan itu tergantung pada jenis sel, stadium penyakit dan keadaan umum penderita pada saat diagnosis ditegakkan. Pengobatan yang diberikan diluar dari standar disebut sebagai PEGOBATAN ALTERNATIVE. Variasi pengobatan alternative itu bermacam-macam antara lain herbal, akupuntur bahkan di beberapa negara pendekatan spiritual seperti do’a menjadi pilihan terapi alternativenya. Jenis pengobatan alternative yang perlu diwaspadai adalah tindakan serupa bedah (mengeluarkan kanker dengan tehnik mengurut atau memindahkan tumor kemedium lain) yang sulit dicerna akal. Kehati-hatian juga perlu untuk penggunaan bahan-bahan yang dikatakan dapat menghilangkan sel kanker dalam bentuk obat: jamu, bubuk, kapsul, pil atau cairan karena hanya sebagian kecil pernah diuji secara ilmiah manfaat dan terlebih efek samping yang dapat ditimbulkannya. Hampir semua obat-obat alternative itu terbukti hanya sebagai pengobatan pendamping dan tidak bekerja sebagai pembunuh sel kanker. Kalau cermat membaca brosurnya akan tertulis sebagai suplemen dan bekerja untuk semua jenis kanker. Artinya obat alternative hanya bermanfaat bila disertai dengan pilihan pengobatan standar (yang berbeda untk masing masing jenis kanker) harus dilakukan. Pilihan yang paling banyak di Indonesia justru pemanfaatan bahan yang tidak atau belum di proses seperti buah merah, buah mengkudu, kulit buah manggis, daun buah sirsak, dll. Pilihan peggunaan pengobatan alternative tampa pegobatan standar sebagai pilihan utama hanya menyebabkan ketelambatan dan perburukan.
Apakah pengobatan alternative hanya marak di Indonesia, jawabannya TIDAK. Lebih dari 50% biaya pengobatan di negara maju seperti Amerika dan Eropa dihabiskan untuk pengobatan alternative. Perbedaanya adalah mereka biasanya mengkombinasikan pengobatan standar dan alternative dengan sepengetahuan dokter yang merawat. Tambahan pngobatan meski diharapkan meningkatkan hasil untuk penyembuhan tetapi tentu juga meningkatkan risiko terjadi efek samping. Kerjasama dan komunikasi dokter-pasien yang baik akan memberikan kebaikan untuk penderita dan pencegahan pengeluaran biaya yang tidak perlu karena harga untuk pengobatan alternative itu MAHAL. Dokter biasanya akan membolehkan pengobatan alternative yang bukan berbentuk obat untuk penamping terutama jika pasien diberikan kemoterapi mencegah efek samping yang berat dan menyebabkan proses pemberian kemoterapi tidak optimal.
*Pengurus Pusat Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Pengurus Pusat Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) dan staf Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi-FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar